Pandi bekerja sama dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara untuk mendigitalkan aksara Bugis
Pengelola Nama Domain Internet (Pandi) Indonesia telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Yayasan Lontaraq Nusantara Aksara. Harus siap mendigitalkan naskah Bugis ke depan sebagai kebutuhan konten digital di dunia maya atau nama domain internet.
Ketua Pandi Yudho Giri Sucahyo mengatakan, penandatanganan MoU kali ini merupakan kelanjutan dari program Merajut Nusantara Melalui Digitalisasi Aksara. “Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kembali dan melestarikan beberapa budaya asli Indonesia. Kami sangat senang dapat bekerjasama dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara untuk melanjutkan pelestarian aksara daerah,” kata Yudho dalam siaran persnya.
Andi Alifian Mallarangeng, Wakil Dewan Pembina Yayasan Literasi Lontaraq Nusantara, menyambut baik kerjasama tersebut. Ia mengatakan, Lontara sebenarnya adalah aksara Indonesia pertama yang didaftarkan di Unicode dan dilacak bersama pada 1990-an, namun penggunaannya belum diformalkan.
“Berdasarkan letter of intent saat ini dengan Pandi, saya sangat senang bisa kembali bersatu untuk melestarikan aksara Lontara,” kata mantan menteri pemuda dan olahraga itu.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Prof. Nurhayati Rahman, Ketua Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara yang juga seorang filolog untuk Aksara Lontara. Ia mengungkapkan bahwa digitalisasi karakter yang dicoba Pandi adalah sesuatu yang selama ini ia impikan dan diharapkan bisa berkelanjutan.
“Itu sudah menjadi impian sejak lama, huruf Lontara nantinya bisa diketik dan ditampilkan langsung di perangkat elektronik (laptop, ponsel). Namun dalam perkembangannya harus tetap menggunakan huruf aslinya karena akan mengubah sejarah dari huruf Lontara itu sendiri,” ujar Nurhayati yang juga Guru Besar FIB Universitas Hasanudin Makassar ini.
Namun Andi Sitti Aisyah, ketua Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, mengatakan kerjasama ini sangat penting untuk kelangsungan hidup aksara Lontara di masa depan. Kolaborasi ini dianggap sebagai bela diri atau bela diri sebagai anak bangsa menghadapi gempuran budaya dari luar.
Sebagai informasi, seperti yang telah disebutkan, Aksara Lontara dikenal juga dengan Aksara Bugis, Aksara Bugis Makassar atau Aksara Lontara Baru. Aksara tersebut biasanya digunakan untuk mengekspresikan bahasa Bugis dan Makassar secara tertulis dan juga merupakan salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Sulawesi Selatan.
Kerjasama Pandi dengan Yayasan Lontaraq Nusantara Aksara difokuskan pada pelestarian karakter, yang akan diimplementasikan dalam bentuk kompetisi pembuatan website dengan konten naskah Lontara yang akan berlangsung pada akhir tahun 2020. (jpc/fajar)
Sumber :